Tuesday, 28 April 2015

Video eksekusi mati bali nine Andrew Chan dan Myuran Sukumaran , bali ni...

Tolak Eksekusi Mati Mary Jane, Pemuda Kupang Menyalakan 1.000 Lilin
 the Australian Government will have no choice but to respond with some force.

The Government has repeatedly said it is focused on saving the two men rather than recriminations, but there is a growing sense that Indonesia has behaved appallingly in its treatment of both the men and its relationship with Australia.

One longtime foreign hand told the ABC the Widodo government had been "crass, crude and objectionable", and that this now demanded a stern response.

Prime Minister Tony Abbott has already signalled such a response.

"If these executions go ahead, and I hope they don't, we will certainly be finding ways to make our displeasure felt," Mr Abbott said in February.

So how might it react in the immediate aftermath?

The first, vital thing will be to secure the Indonesian Embassy in Canberra and its consulates in Sydney, Melbourne, Adelaide, Perth and Darwin.

While attacks on foreign embassies in Australia are uncommon, they are not without precedent.

On June 17, 1995 the French consulate in Perth was fire-bombed as tensions ran high over France's decision to resume nuclear testing on Moruroa Atoll in the Pacific Ocean.

In 1992, a group of dissidents attacked the Iranian Embassy and in 2012 a similar attack saw Syria's embassy trashed.

Then the Government will turn its thoughts to a list of options.

 Rest in peace Andrew and Myuran. You turned yourselves around and made us so proud. Keep singing and painting up there fellas! We'll be looking up to you in every way. RIP Andrew and Myruan the Pastor and The Painter ...Nothing gained but much lost ..
KUPANG, KOMPAS.com - Puluhan pemuda di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menamakan diri Komunitas Sant’Egidio Kupang, menyalakan 1.000 lilin sebagai bentuk aksi menolak hukuman mati terhadap terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso.

Aksi yang digelar di jalan El Tari atau tepatnya di depan Rumah Jabatan Gubernur NTT tersebut berlangsung selama lebih dari satu jam. Dalam aksinya, para pemuda menggelar orasi, puisi, lagu serta yel-yel.

Koordinator aksi, Cristovorus Kurniawan Wawo, kepada sejumlah wartawan, Selasa (28/4/2015) malam, mengatakan, tujuan aksi 1.000 lilin ini sebagai sebuah pesan kepada banyak orang, khususnya pemerintah, bahwa tidak pernah ada keadilan yang akan didapatkan dengan menghukum mati seseorang.

“Dengan seribu lilin ini, kami mau katakan kepada semua orang bahwa usaha untuk menjaga kehidupan itu harus tetap bertahan seperti cahaya lilin. Kebanyakan hukuman mati ini hanya menjangkau orang miskin saja. Dengan alasan apapun mengambil kehidupan (nyawa) manusia itu tidak dibenarkan,” kata Wawo.

Menurut Wawo, hukuman mati terhadap warga negara asing akan menimbulkan dendam antar negara. Negara lain yang warganya menjadi korban hukuman mati akan membalas dendam terhadap Indonesia.

“Kami percaya bahwa hukuman yang paling baik dan paling adil itu adalah tetap memelihara kehidupan, karena tidak ada solusi dengan membunuh orang. Kami berharap gerakan-gerakan seperti ini di kota kupang dan dimana saja, akan menghantarkan inisiatif-inisiatif kecil maupun besar kepada mereka yang akan mengambil keputusan, tidak pada hari ini, tetapi pada hari-hari yang akan datang,” harap Wawo.

Karena itu, kata Wawo, pihaknya berharap, pemerintah jangan hanya menjalankan roda pemerintahan saja, tetapi juga harus memelihara kehidupan umat manusia yang ada di dalamnya.

No comments:

Post a Comment